Rabu, 16 November 2011

Behaviorisme: Pengkondisian Bukan Pemaksaan

Salah satu teori pembelajaran adalah Behaviorisme. Teori pembelajaran kuno ini mulai terkikis oleh jaman. Seperti pada bidang politik, nasib teori ini tidak jauh berbeda. Ketika "penguasa" baru terpilih dan berkuasa, maka nasib "penguasa" yang lama tidak menentu, dihujat, atau bahkan dianggap sebagai biang keladi semua permasalahan yang ada.

Munculnya teori-teori baru dalam bidang pembelajaran, Behaviorisme mulai menuai "kambing hitam" dari jegagalan pendidikan di negeri ini. Mulai dari objek penelitiannya yang menggunakan hewan sampai pada pengaplikasiaannya di lapangan yang salah oleh oknum-oknum yang mengaku ahli pendidikan/pembelajaran.

Behaviorisme dianggap sebagai biang keladi tidak majunya pola pikir rakyat di negeri yang telah dijajah lebih dari 350 tahun ini. Rakyat yang setiap harinya menikmati berita "pembodohan" dari media-media miskin ilmu semakin terpuruk pada landasan yang paling bawah. Sinetron pembodohan, pemberitaan kriminal yang buat merinding bulu kudu, dan berita korupsi yang bikin ngiler penikmatnya menjadi santapan setiap saat.

Sebetulnya semua itu adalah teknik yang dilakuakn oleh para peneliti Behaviorisme. Mereka melakukan pembiasaan pada objek penelitiannya. Mereka tidak melakukan kekerasan/kriminal pada objek penelitian. Mereka tidak memberikan contoh yang membodohkan pada objek penelitian.

Seharusnya kita memberikan teladan yang baik. siswa di sekolah hanya sekitar 3 jam saja (yang efektif), sedang mereka bisa samapi lebih dari 5 jam berada di depan televisi dengan pengkondisian yang sempurna. Sedangkan di sekolah, siswa mendapat pemaksaan untuk menjadi manusia yang berilmu dan bermutu.

Semoga menjadi renungan semua yang peduli pada generasi penerus bangsa ke depan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar