Rabu, 20 April 2011

Siswa Takut Salah Ngerjakan Soal, Tidak Takut Melanggar Ajaran Agama

Beberapa waktu yang lalu, saya mengajar di kelas yang sangt special. Dikatakan special karena kelas ini hanya terdiri dari siswa, 5 putri dan 4 putra. Dari keempat siswa putra tersebut, 3 siswanya rajin tidak masuk kelas (bahkan yang satu kabarnya sudah keluar). Walaupun sering tidak masuk sekolah, mereka masih dekat dengan saya. Saya tidak mempermasalahkan mereka masuk atau tidak. Hal ini saya lakukan sebagai pendekatan saya dengan mereka. Biarlah mereka tidak suka dengan matematika, tapi masih mau ngobrol dengan guru matematika.

Pelajaran matematika merupakan pelajaran “luar angkasa” di lingkungan tempat saya belajar. Tidak ada gambaran sama sekali dalam benak siswa saya, palajaran apa matematika itu? Mereka menganggap untuk bisa matematika mereka harus terbang dulu ke angkasa. Sesuatu yang tidak mungkin terjadi buat kita yang tinggal di Indonesia.

Pada waktu itu, saya memberikan soal tentang limit tak hingga suatu fungsi. Soal yang sudah menjadi PR tersebut akan dibahas pada kesempatan kali itu. Dengan kondisi siswa yang menganggap matematika adalah pelajaran luar angkasa, bisa dipastikan, tidak satu pun siswa yang maju untuk mengerjakan di papan tulis. Walaupun begitu, saya msih bersyukur karena semua siswa (8 orang) masuk semua.

Semua saling menunjuk, saya diam saja. Perbuatan biasa bagi orang-orang yang tidak bisa. Saya dekati satu-satu persatu siswa saya. Perilaku yang pasti dilakukan adalah menutup buku mereka seraya berkata “tidak bisa pak....”. Kebiasaan siswa di Indonesia...

Saya langsung duduk di belakang, satu baris dengan 2 siswa yang rajin tidak masuk sekolah tersebut (dua siswa tersebut duduk satu bangku). Saya biarkan mereka pada kebingungan. Mucul suara dari siswa yang duduk di samping saya. “Pak, saya maju yach”, kata suara itu. “Maju aja”, jawabku. “Nanti salah”, balasnya. “Mang sapa yang nyalahkan”, kataku. “Ya....(diam) takut salah pak” jawabnya kemudian.

Dari percakan yang singkat tersebut, otakku seraya memperolehbahan renungan. Mengapa dia takut salah dalam ngerjakan soal? Mengapa dia tidak takut ALLOH kalau dia mabuk? Dia sering mabuk, sudah terkenal satu kampung. Bahwa anak-anak itu kalau tidak masuk sekolah, biasanya melakukan “pesta” meriah mereka.

INIKAH HASIL PENDIDIKAN YANG SAYA BERIKAN? Inilah renungan terakhir saya. Anak-nak takut salah dalam ngerjakan soal, tetapi mereka tidak takut dalam berbuat salah dalam kehidupan. Mereka takut kepada gurunya, tetapi tidak takut sama ALLOH. Mereka malu kepada teman-temannya jika salah ngerjakan soal, tapi tidak malu kepada ALLOH yang selalu mengawasinya setiap saat.

Subhanallooh.... saya belum bisa menjawabnya semua. Semoga aja waktu membantu saya dalam menjawab renungan ini.