Kamis, 09 Juni 2011

Terima Kasih....

Alhamdulillahhhh... kata ini identik dengan ucapan terima kasih seorang hamba kepada Sang Khaliq. Benar kah pernyataan saya ini???? Saya pribadi kurang tahu, yang jelas ucapan itu mengalir begitu saja ketika saya mendapat sesuai yang menurut saya baik. Tetapi ketika saya mendapat sesuatu yang kurang baik, secara samar-samar saya masih mengucapkan Alhamdulillah, tetapi dalam dada ini masih ada yang mengganjal???

Apa yang mengganjal??? adakan kayu balok atau batu yang menghalangi ucapan saya tadi biar bisa mengalir seperti air yang melewati selang??? saya juga nggak tahu, apa yang mengganjal itu. Yang jelas ganjalan itu cukup untuk membuat diri saya menjadi nggak enak badan, panas-dingin; senyum yang cemberut; tegak tapi sebetulnya layu.

Berbeda dengan kalau saya berterima kasih sesama hamba. Ucapan itu pasti mengalir dengan aliran yang sangat deras. Kalau pun ada ganjalan, maka umpatan lah yang akan mengalir dengan deras. Umpatan yang membikin dada ini semakin bergetar seperti diguncang oleh gelom tsunami maha dahsyat.

Bagaimanakah berterima kasih yang benar? Ketika yang mendapat kata itu dari hamba yang lain, saya merasa di atas awang-awang, terbang ringan bersama awan putih yang selalu terlihat ceria. Terkadang terbang bersama, terkadang berlarian saling kejar tuk menikmati kebebasan yang diberikan Sang Khaliq.

Apa sebenarnya yang terjadi???